Monday, 10 February 2020

Manusia dan Penderitaan


Manusia dan Penderitaan
I. Pendahuluan
Penderitaan ialah sesuatu yang sudah terjadi karena kita sedang mengalami masalah. Penderitaan bisa saja terjadi karena bermacam-macam hal melalui kekecewaan, penyakit dan masih banyak lagi. Untuk itu didalam hasil dari pemaparan ini kami akan menyajikan bagaimana itu penderitaan bisa terjadi, semoga sajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Tuhan Yesus memberkati.
II. Pembahasan
II.1.  Pengertian Penderitaan
Penderitaan mempunyai kata dasar derita yang berasal dari kata dhara (Bahasa Sansekerta), yang berarti menahan atau menanggung. Penderitaan adalah beban pisik atau jiwa manusia yang dapat menekankan diri manusia. Jadi penderitaan berarti menangung perasaan tidak enak, tidak menyenangkan, dan juga sakit.
Penderitaan manusia dalam kehidupan dapat disengaja atau tidak disengaja. Penderitaan yang disengaja oleh manusia adalah sengsara yang dilakukan oleh orang India dengan menyakiti tubuhnya sendiri sebagai pengalaman ketaatan jiwa untuk memperoleh kebahagiaan setelah mati. Semedi (bertapa) dengan tanpa makan, minum dan bertempat di tempat sunyi, berpuasa bagi orang islam dan lain-lain. Penderitaan ini banyak bersifat sementara yang bermaksud untuk mencapai suatu kesenangan, kenikmatan, memang penderitaan lawan dari kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan.
Tetapi sebagian besar penderitaan tidak disengaja oleh manusia. Misalnya bencana kelaparan, wabah penyakit, gangguan keamanan, kecelakaan dan lain-lain. Bahkan penderitaan berasal dari ulah manusia itu sendiri atau kesembronoan manusia, baik tindakan manusia terhadap manusia lain atau terhadap lingkungan non manusia.
Dalam pengertian tentang penderitaan dikemukakan bahwa pengertian penderitaan didalamnya erat hubungannya dengan rasa sakit, siksaan dan neraka.
II.2.  Neraka  
Neraka adalah siksaan yang lebih mengerikan, siksaan di akhirat yang sering disebut siksaan kubur. Dalam kitab suci agama disebutkan dalam firmanNya tentang adanya kehidupan di alam baka (kelanggengan). Dimana dalam kehidupan ini manusia ditentukan oleh perbuatan baik atau buruk, pahala atau dosa ketika hidup di dunia fana. Sehingga manusia masuk dalam kehidupan surga atau neraka. Sehingga manusia masuk dalam kehidupan surga atau neraka.
II.3.  Siksaan
Siksaan merupakan sesuatu yang mengerikan. Karena kita membayangkan tindakan pihak yang kuat yang semena-mena terhadap golongan lemah yang tidak berdaya. Siksaan dapat terjadi di dunia maupun di akhirat yang disebabkan kesalahan, ketidak berdayaan atau dosa-dosa manusia.
Berbicara tentang siksaan terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mungkin mendirikan bulu kuduk kita. Betapa tidak, di dalam benak kita terbanyang seseorang yang tinggi besar, kokoh kuat dan dengan muka yang seram sedang memegang cemeti yang siap dicambukkan ke orang yang akan disiksa. Atau orang itu memengang batangan besi yang dipanaskan ujungnya sampai merah dan siap ditempelkan kepada tubuh orang yang akan disiksa. Atau orang yang menyikasa itu siap memengang tang siap mencopot kuku-kuku orang yang disiksa. Mungkin juga si penyiksa sedang merokok dan menghadapi orang yang disiksa dalam keadaan tak berbaju, siap disulut dengan api rokok sekujur tubuhnya. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam. Siksaan semacam itu banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa, bahkan kadang-kadang di tulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang di sertai gambar si korban.
II.4.  Rasa Sakit
Rasa sakit merupakan bagian dan penderitaan manusia. Rasa sakit adalah rasa tidak enak bagi penderitanya, timbul karena adanya gangguan pada organ tubuh manusia atau karena suatu penyakit. Sakit perutakibatnya terasa sakit perutnya, sakit gigi akibatnya terasa nyeri (sakit). sakit hati akibatnya hatinya terasa sakit, sakit cintaakibatnya hati selalu dirundung rasa ingin ketemu orang yang dicintainya, dan sebagianya.
Penyakit atau sakit sehingga ada rasa sakit, dapat menimpasetiap manusia hidup. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda,berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri, bilatelah menimpa. Orang bodoh atau yang pintar, bahkan dokter sekalipun kalau menderita sakit tak sanggup menghindarinya. Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Menderita sakit tak dapat direncanakan, kalau datang, datang juga, sedang manusia hanya dapat berikhtiar menyembuhkan atau sekurang-kurangnya mengurangi rasa sakit. Penderitaan rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibatnya.
II.5.  Penderitaan Sebuah Fenomen Universal
Penderitaan, memang tidak hanya terjadi lantaran perang ataupun tingkah manusia agresif lainnya. Banyak hal sebenarnya yang bisa menjadi penyebab penderitaan manusia: bencana alam, musibah atau kecelakaan, penindasan, perbudakan, kemisikinan dan lain sebagainya. Selain itu, penderitaan, perbudakan, kemiskinan dan lain sebagainya. Selain itu, penderitaan boleh juga dibilang sebagai fenomena yang universal. Penderitaan tidak hanya dialami oleh manusia zaman kini, di mana kebutuhan dan tuntutan hidup semakin meningkat yang pada instansi berikut bisa menimbulkan penderitaan, kanon telah dikenal sejak kelahiran manusia pertama. Belum begitu lepas dari ingatan kita, barangkali, betapa Adam dan Hawa harus menderita terlompat dari surga lantaran tindakannya sendiri yang mengesampingkan perintah Tuhan dan lebih menuruti nafsu dan bujukan syetan.
Sebagai fernomen universal, penderitaan tidak mengenal perbedaan manusia. Artinya, penderitaan bisa pula dialami oleh manusia-manusia yang dianngap suci, bahkan rasul atau nabi sekalipun. Pengalaman hidup sang Budha, Nabi Muhammad, dan Yesus Kristus barang kali bisa dipakai sebagai pembenar dari konstatasi tersebut.
II.6.  Manusia dan Penderitaan
Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapa pun. Orang berkerja membanting tulang siang malam demi keluarganya supaya tidak mengalami kekurangan dan kelaparan. Orang cepat-cepat pergi ke dokter bila merasa sakit, berupaya supaya tidak terlanda derita yang berkelanjutan. Dua contoh di atas merupakan hal dia antara sekian banyak hal yang dapat menyebabkan orang menderita.
Berbicara tentang penderitaan ternyata penderitaan tersebut berasal dari dalam diri dalam dan di luar faktor manusia. Biasa orang menyebut dengan faktor internal dan faktor eksternal. Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang, merasa bahagia.
II.7.  Jenis-Jenis Penderitaan
Apabila dikelompokkan secara sederhan berdasarkan timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia itu dapat diperinci sebagai berikut:
a. Pederitaan yang timbul akibat perbuatan buruk manusia
Banyak penderitaan disebabkan karena perbuatan buruk manusia misalnya: pembantu rumah tangga yang diperkosa majikannya, anak tiri disiksa ibu tiri, seorang anak yang tidak mau mengakui ibu kandungnya, perceraian orang tuanya.
b. Penderitaan karena penyakit
Penderitaan ini baik penyakit jasmani maupun penyakit jiwa, misalnya penyakit kudis, sakit ingatan, sakit hati dan lain-lain.
c. Penderitaan akibat siksaan atau azab Tuhan
Penderitaan ini merupakan azab dari Tuhan pada diri manusia atau kutukan Tuhan karena dosa-dosa manusia. Misalnya tenggelamnya raja Fir’aun, derita Nabi Ayub, bencana alam misterius.
II.8.  Dampak dari Penderitaan
Penderitaan bagi manusia akan menimbulkan dampak, di antaranya: dapat berupa kekecewaan, duka, kesedikan, kekacauan hati dan pikiran. Pengaruh penderitaan juga dapat berupa perubahan pola berpikir seseorang, perubahan tingkah laku, serta pandangan hidup seseorang. Tidak dapat dipungkiri jika suatu penderitaan yang dialami oleh setiap orang, masih banyak yang berpandangan bahwa penderitaan hanya membawa dampak buruk atau pengaruh buruk bagi mereka. Tanpa disadari jika mereka berusah berpikir dan menggali makna dari penderitaan tersebut sebenarnya memiliki suatu arti berupa pelajaran bagi setiap individu tersebut.
II.9. Penderitaan Sebagai Pengalaman Manusiawi
Dengan menangung dan merasakan penderitaan, tentu dengan sikap sportif dan jiwa besar, manusia memperoleh “kemenangan” dan menggapai makna kehidupan ini. Ternyata tokoh besar dalam sejarah dunia pun memiliki masa lampau yang pahit penuh dengan penderitaan. Bahkan orang-orang yang didera penderitaan-penderitaan mengerikanlah yang kemudian tampil sebagai pengubah wajah dunia dan menanamkan harapan hidup dalam diri sesamanya. Sang Budha Gautama yang pangeran (Sidharta) misalnya, meningalkan kehidupan istana yang penuh dengan kemewahan dan kegemerlapan, kemudian masuk hutan dan menjadi seorang bhiksu, yang mencari makan dengan mengemis.
Penderitaan paling mengerikan dialami seorang tokoh bernama Yesus (dari Nazareth). dalam injil dikatakan bahwa Yesus dilahirkan di palungan di kandang Betlehem, dan dalam hidupnya Dia ditolak oleh orang sekampung denganNya (Nazareth). kemudian Dia pun harus mengalami siksaan maha berat, dan akhirnya mati secara tragis di kayu salib, di bukit Golgota. Namun penderitaanya itu justru merupakn jalan keselamatan bagi para pengikutnya. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh besar lain, pembuat sejarah dunia yang hidupnya justru penuh dengan penderitaan. Tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia seperti, Soekarno, Hatta dan lain-lainnya mengalami penderitaan-penderitaan yang berat.
II.10. Sikap Kita dalam Menghadapi Penderitaan dalam Alkitab
II.10.1. Bersukacita dan bersyukur
“ bersyukur senantiasa. Mengucap dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kam” ( 1 Tes. 5:16,18).
“Bersukacita dan bergimbiralah, ... sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat.5:12)
II.10.2. Bersabar
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabaralah dalam kesesakan (penderitaan), dan bertekunlah dalam doa” (Rm. 12:12). “Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan (Yak.5:7)
II.10.3. Berdoa
“... nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6).
“Tetaplah berdoa” (1Tes. 5:17).
III. Tanggapan
Penderitaan adalah beban yang dialami oleh manusia, setiap orang yang memiliki penderitaan yang berbeda-beda cara menanggapi penderitaan itu. Penderitaan yang dialami oleh manusia dapat membawanya kejalan yang lebih benar,  jika di tanggapi atau di sikapi dengan benar. Begitu juga dengan penderitaan dapat membawa kita ke hal yang buruk jika ditanggapi dengan tidak baik.
IV.  Catatan Dosen
Penderitaan sudah menjadi kodrad hidup manusia sejak manusia lahir di dunia yang penuh dosa. Penderitaan itu bisa di identivikasi oleh faktor fisik dan faktor moral:
1. Fisik = Bencana alam
2. Moral = kekecewaan, kebencian, hilangnya sahabat.
3. Moral = kekecewaan, kebencian, hilangnya sahaFisik = Bencana alam
1. Moral = kekecewaan, kebencian, hilangnya sahabat.
Tidak ada hidup tanpa penderitaan, karena itu yang dibutuhkan bukan melarikan diri dari penderitaan, tetapi berusaha untuk menjalani dan memperbaharui, karena penderitaan bisa diakibatkan hukum alam misalnya longsor, banjir, gempa. Maka kehadirannya tidak selalu bisa di antisipasi, hal itu disebabkan oleh hukum butha, tetapi penderitaan moral timbul akibat penyimpangan dan ketidak sadaran untuk menaati peraturan maka penderitaan moral membutuhkan kesadaran. Penderitaan tidak hanya berdampak buruk tetapi juga bisa menjadi pelajaran untuk mawas diri yang mungkinkan manusia mampu menangkap secara lebih baik kehadiran dunia ilahi, dimana dia akan menemukan akhir hidup, dengan kata lain penderitaan membuat manusia meloncat dari keterbatasan cakrawala duniawi kepada ketidak terbatasan dimensi rohani. Penderitaan tidak selamanya datang menghapiri manusia tetapi manusia itu sendiri melahirkan banyak pendeitaan. Hal ini terjadi karena perilaku manusia yang cenderung menjadi pemuas hawanafsu duniawinya atau karena ketidak tahuan akan kebenaran. Dalam kaitan inilah dibutuhkan proses pembentukan kepribadian melalui. Enkulturasi (proses mempelajari nilai dan norma kebudayaan yang dialami individu selama hidupny









V. Kesimpulan
Penderitaan mempunyai kata dasar derita yang berasal dari kata dhara (Bahasa Sansekerta), yang berarti menahan atau menanggung. Didalam kehidupan ini manusia tidak akan terpisahkan  dengan penderitaan,  jadi setiap orang harus memahami penderitaan yang ia alami. Agar setiap orang tidak terbebani atau terjerumus ke hal-hal yang lebih buruk karena penderitaan, dari pemaparan di atas penderitaan itu selalu ada di dalam kehidupan manusia. Bahkan orang-orang yang didera penderitaan-penderitaan mengerikanlah yang kemudian tampil sebagai pengubah wajah dunia dan menanamkan harapan hidup dalam diri sesamanya. Sang Budha Gautama yang pangeran (Sidharta) misalnya, meningalkan kehidupan istana yang penuh dengan kemewahan dan kegemerlapan, kemudian masuk hutan dan menjadi seorang bhiksu, yang mencari makan dengan mengemis. Penderitaan paling mengerikan dialami seorang tokoh bernama Yesus (dari Nazareth). dalam injil dikatakan bahwa Yesus dilahirkan di palungan di kandang Betlehem, dan dalam hidupnya Dia ditolak oleh orang sekampung denganNya (Nazareth). kemudian Dia pun harus mengalami siksaan maha berat, dan akhirnya mati secara tragis di kayu salib, di bukit Golgota. Namun penderitaanya itu justru merupakn jalan keselamatan bagi para pengikutnya. Demikian lah penderitaan itu didalam kehidupan manusia.

VI. Daftar Pustaka
 Sudibyo, MH, dkk,Lies , Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Penerbit Andi,2013)
WIDAGDHO, dkk,DJOKO , ILMU BUDAYA DASAR, ( Jakarta: Bumi Aksara,2012)
Syukri Albani Nasution, dkk Muhammad , Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
Bone Darmawan S., Jangan Menyerah!,(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006)
Maran Rafael Raga, Manusia & Kebudayaan, (Jakarta: Renika Cipta, 2000)
Hanafie Sri Rahaju Djatimurti Rita,, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016),


0 comments

Post a Comment

Kitab I dan II Raja-Raja

Kitab I dan II Raja-Raja I.  Pendahuluan Kitab  I dan II Raja-Raja ini merupakan lanjutan dari merupakan lanjutan Kitab I dan II Samue...